Keep Smile

Rabu, 25 September 2013

BEBERAPA PANDANGAN TERHADAP ALKITAB


Sesungguhnya topik ini amat penting. Ini adalah salah satu doktrin gereja yang penting. Mengapa?. Karena sesungguhnya seluruh doktrin gereja berasal dan bersumber serta  dibangun dari topik ini. Me­ngapa kita percaya bahwa semua manusia berdosa? Mengapa kita percaya bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus? Mengapa kita percaya bahwa Yesus Allah sejati dan manusia sejati? Me­ngapa kita percaya bahwa Yesus sungguh-sunguh mati untuk dosa manusia? Mengapa kita percaya bahwa Yesus sungguh-sungguh bangkit da­lam ben­tuk tubuh? Mengapa kita percaya bahwa ada ke­bangkitan tubuh sesudah kematian? Mengapa kita perca­ya bahwa Yesus akan datang kembali yang kedua kali­nya? Banyak lagi pertanyaan lain  yang dapat kita daftarkan di sini. Jawabannya adalah: Karena Alkitab mengatakan demikian. Benarlah syair sebuah lagu :Jesus loves me this I know, for the Bi­ble tells me so. Jadi, orang Kristen tidak membangun imannya di atas pandangan-pandangan bapak- bapak gereja atau para teolog -sekalipun pandangan mereka tidak dapat kita abaikan-tetapi membangunnya di atas Alkitab. Itulah sebabnya sikap orang terhadap Alkitab mempengaruhi seluruh doktrin atau ajaran­nya. Bagi mereka yang meli­hat Alkitab sebagai wa­hyu Allah yang bersifat mut­lak,maka mereka akan tunduk terhadap segala pernyata­an-pernyataan Alkitab, tanpa kecuali, sekalipun nam­paknya pikiran mereka dan pandangan para ahli teologia berbeda dengan itu. Tetapi bagi mereka yang melihat Alkitab sebagai buku biasa atau sekedar tradisi manusia be­laka, maka pernyataan-pernyataan Alkitab tidak ber­arti apa-apa.
Marilah kita lihat berbagai pandangan berikut:

1. Alkitab adalah tradisi manusia abad mula-mula

Bagi mereka ini, yang hanya melihat Alkitab seba­gai tradisi manusia abad mula-mula, tentu kurang menghar­gai Alkitab. Seorang hamba Tuhan pernah berbicara tentang Alkitab kepada seorang pemuda, bahwa Alkitab tersebut benar dan penting untuk di­baca. Namun pemuda tersebut tetap menolak untuk melihat pentingnya mem­baca Alkitab. "Mengapa Anda tetap bersikap negatip terhadap Alkitab? Apakah Anda melihat bahwa Alkitab itu banyak ke­sa­lahan?", tanya hamba Tuhan tersebut. Maka pe­muda tersebut menjawab:" Bagi saya, Alkitab tidak penting bukan karena banyak kesalahan. Saya setuju bahwa Alkitab tersebut benar. Masalahnya ada­lah, Alkitab tersebut tidak relevan lagi untuk abad ini.
Bagaimanakah Anda melihat relevansi Alkitab yang merupakan tradisi manusia zaman primitif tetap dapat diterapkan pada abad modern ini?".Jadi, bagi kelompok ini Alkitab tidak memiliki otoritas dalam hidup mereka.

2. Alkitab adalah buku biasa yang tidak luput dari kesalahan

Seorang teolog Indonesia pernah menulis dalam bu­kunya bahwa kalau kita membaca Alkitab harus mendekatinya sebagaimana kita mendekati buku lain­nya.
Kita tidak membaca buku-buku tersebut dengan sikap menerima saja. Tetapi kita membacanya dengan sikap kritis dengan asumsi bahwa setiap karya manusia punya kesalahan, tidak sempurna. Tidak terkecuali dengan Alkitab".Bagi kelompok ini, Alki­tab juga tidak memiliki nilai yang penting.

3. Alkitab, bukanlah firman Allah, tetapi catatan tentang Firman Allah

Bagi mereka yang menganut pandangan ini, wahyu Allah tidak bisa dituliskan. Karena Allah itu tidak ter­batas, maka firmanNya pun tidak terbatas. Jadi sebenar­nya, menurut teori ini peristiwa Allah ber­firman terha­dap Musa, Elia dan nabi-nabi lainnya sudah berlalu. Tetapi kemudian peristiwa tersebut (baca: wahyu) dica­tat. Itulah Alkitab. Menurut mereka ini, menyamakan Alki­tab dengan firman Al­lah adalah dosa. Jadi, Alkitab tidak memiliki otoritas dalam hidup mereka.

4. Alkitab mengandung Firman Allah

Menurut pandangan ini, Alkitab bukanlah firman Allah, tetapi di dalamnya terdapat firman Allah.Di samping itu, Alkitab juga mengandung 'firman iblis' dan ,firman manusia. Penganut pandangan ini setuju bahwa bagian Alkitab yang mengatakan :" Beginilah firman Allah" atau "Demikianlah Firman Allah" me­mang ada­lah Firman Allah. Tetapi bagian lain se­perti "Ular itu berkata kepada perempuan itu:'Tentulah Allah berfir­man... '(Kej.3:1b)" bukan­lah firman Allah. Demikian juga nasehat-nasehat sa­habat Ayub yaitu Elifas, Bildad dan Zofar bukanlah firman Al­lah, karena memang ke­mudian Allah me­negur mereka dan menyuruh mereka minta maaf kepada Ayub atas segala nasehat mereka yang salah (baca Ayub 42:7-9).

5. Alkitab menjadi firman Allah ketika terjadi pertemuan/pengalaman subjektif

Menurut pandangan ini ketika seseorang membaca Alkitab dan Allah berbicara melalui ayat-ayat yang se­dang dibaca tersebut, maka pada saat itulah ayat terse­but menjadi firman Allah. Dengan perkataan lain, ada saatnya Alkitab tersebut bukan Firman Al­lah yaitu sebe­lum terjadi pengalaman pribadi dengan ayat-ayat terse­but. Dengan demikian, firman Allah menjadi sangat subjektif, tidak objektif, tergantung manusia yang me­ngalaminya. Bagi orang tertentu ada kemungkinan ayat tertentu bukan firman Allah karena dia tidak mengalami apa-apa dari ayat terse­but. Tetapi orang lain, yang me­ngalami sesuatu dari ayat tersebut, itu adalah firman Allah.
Nampaknya, pandangan ini dianut oleh seorang pen­deta dari gereja tertentu di Korea dengan teori ‘rhemanya’. Dia memiliki anggota jemaat ratusan ribu orang. Kelompok ini membagi firman Allah menjadi dua yaitu logos dan rhema. Logos adalah firman Allah seca­ra umum, sedangkan rhema adalah firman Allah yang berbicara kepadanya secara pribadi. Pandangan ini juga telah menjalar ke gereja-gereja, khususnya gereja ter­tentu di Indonesia.

6. Alkitab adalah firman Allah

Menurut pandangan ini, Alkitab bukan sekedar tra­disi manusia -meskipun memang ada unsur tradisi di dalamnya-, juga bukan sekedar tulisan manusia - meskipun memang ada unsur manusia terlibat dalam pe­nulisannya- tetapi sungguh adalah firman Allah. Karena Alkitab adalah firman Allah, maka Alkitab tidak bersa­lah terhadap segala hal yang dinyatakan­nya. Karena itu, Alkitab memegang otoritas tertinggi dan terakhir dalam kehidupan. Sebenarnya, menurut keyakinan saya, inilah pernyataan Alkitab tentang dirinya, dan inilah juga merupakan pandangan kami.Kami setuju dengan tokoh reformasi, Martin Luther, yang mengatakan:
"No one is bound to believe more than what is based on Scripture. The Word must be believed against all sight and feeling and understand­ing. It also has the primacy over dreams, signs, and wonders"[i]  (Tidak seorangpun diha­ruskan untuk mempercayai sesuatu lebih dari­pada apa yang dikatakan  Alkitab. Alkitab harus dipercayai melebihi penglihatan, perasaan dan pengertian. Dia juga memilki keutamaan lebih dari mimpi-mimpi, tanda-tanda serta mukjizat-mukjizat).


                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar