Keep Smile

Rabu, 25 September 2013

CARA SMS DAN NELPON GRATIS KARTU XL


Sebenarnya saya udah 3Bln menikmati gratisan xl.Tapi sekarang saya mau berbagi pada siapa saja yg sudi buka blog yg msih newbie ni!Heheebiggrin.Baiklah tanpa bnyak cengcong,nih dia cara2nya:-Cara SmS GratiS Kesemua OperatoR.
pertama silakan hub: *123*777*4*3*1*1*5*5*1*1#.Setelah itu akan diminta memasukan nnr HP tujuan yg ingin dikirimi sms,sebenarnya ini adlah error dari xl untuk celebrity sms. Format hp yg direkomendasikan adlah 0878xxxxxx.Jangan pakai kode+62878xxx.Setelah memasukan no hp tujuan yg akan di kirimi sms,silakan masukan pesan yg akan dikirim(Sebaiknya jgn terlalu panjang dan jgn pake symbol Seperti :* biggrin razz smile dll karena psn bisa hilang sebagian bahkan bisa blank). Trik ini bisa digunakan meski plsa rp0.Bahkan dimasa tenggang juga bisa krim sms ke semua oprtor.


-Cara NelpoN GratiS Sesama Xl
Syarat pertama krtu xl anda harus berada pada paket xl-Super Ampuh&pulsa diatas 5rb.Caranya hub: *123*4*2*1*5*1#. Trik ini hnya bisa digunakan pada 2 nmr tlpon yg udah diaftarkan di paket super ampuh dan bisa gratis 24jam.

Download Lagu

Thank You Lord

ANDAIKANKU HARUS MEMILIH



Intro : 
( F   C    Dm
Bb  Bbm C ) 2X

F                    C
Kasih setiamu Tuhan
Dm                Am
Lebih dari hidupku
Bb                  F
Jalan - jalnmu ya Tuhan
G                C
Terbaik bagiku

F                              C
Dari smua yang kau katakan
Dm                   Am
Tiada dusta kutemui
Bb                           F
Dari smua yang kau janjikan 
G                      C
Tiada yang tak terpenuhi


Reff
 F                             C
Andaikan ku harus memilih
Dm                      Am
Tetap hatiku padamu
Bb                                    F
Tak satupun dapat menggantikanmu
Gm                                  C
Hanya Kau yang berarti bagiku
F                               C
Lebih dari semua yang ada
Dm                         Am       
Kaulah sgalanya bagiku
Bb                             F
Tak inginku berpaling dariMu
Gm                                C               F
Slamanya ku akan menyembahMu Tuhan.


F                                 C
Dari smua yang kau katakan
Dm                      Am
Tiada dusta kutemui
Bb                        F
Dari smua yang kau janjikan 
 Gm                         C
Tiada yang tak terpenuh

ALKITAB ADALAH FIRMAN ALLAH


Ada orang berpandangan bahwa Alkitab harus di­buk­tikan terlebih dahulu sebagai firman Allah baru dite­rima. Bagaimana tanggapan Anda terhadap me­tode pe­nerimaan Alkitab dengan pembuktian ini?.
Terhadap metode ini, ada beberapa kesulitan yang muncul.
Pertama, kalau Alkitab adalah firman Allah, ada­kah bukti yang cukup syarat untuk membuktikan Alkitab ter­sebut? Kalau ada,(sebenarnya tidak ada) apakah bukti itu tidak perlu dibuktikan lagi?.
 Kedua, kalau kita menerima Alkitab sebagai fir­man Allah melalui bukti, manakah sekarang yang le­bih ber­otoritas? Alkitab atau bukti tersebut?
Ketiga, apakah peranan bukti terhadap yang di­bukti­kan? Jikalau Alkitab adalah firman Allah, tetapi tidak ada yang berhasil membuktikannya, apakah ia berubah menjadi bukan firman Allah? Demikian juga sebaliknya.
Lalu, bagaimanakah seseorang dapat menerima Alki­tab? Dalam hal ini, John Calvin memberi ja­wa­ban: "Biarlah Alkitab sendiri membuktikan dirinya sebagai firman Allah. Sebagaimana siang mampu membedakan dirinya dari malam, terang dari gelap, demikian juga Alkitab mampu membedakan dirinya dari yang bukan firman Allah". Atau seperti pan­dangan Bapak Dr. Ste­phen Tong: "Kalau singa itu adalah singa sejati, biar­kanlah dirinya membuktikan kesejatiannya". Ini yang disebut dengan internal witness of the Holy Scripture. Apakah metode ini dapat diterima? Tentu, dan seharus­nya demikian.
Karena itu, marilah kita melihat sepuluh alasan yang bersifat kesaksian internal, yang menunjukkan bahwa sesungguhnya Alkitab adalah firman Allah.

1. Alkitab mengatakan dirinya Firman Allah

Rasul Paulus menulis :"Segala tulisan diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar..." (II Tim. 3:16). Jadi jelas bahwa Alkitab diilhamkan Al­lah. Be­nar, kata 'segala tulisan' menunjuk ke Per­janjian Lama. Apakah semua tulisan dalam Perjanji­an Lama diilham­kan Allah? Bagaimana dengan ke­beratan kelompok ter­sebut di atas bahwa ada 'firman iblis' dan nasehat dari sahabat-sahabat Ayub yang ternyata salah? Dalam hal ini, kita melihat penger­tian Firman Allah secara lang­sung dan tidak lang­sung. Maksudnya, kata-kata iblis tersebut di atas dan nasehat-nasehat dari Elifas dan ka­wan-kawannya telah diilhamkan Allah untuk ditulis da­lam Alkitab. Tentu saja bukanlah maksud Allah mengil­hami para Penulis Alkitab untuk menulis hal tersebut untuk di­ikuti. Tetapi sebaliknya, supaya Pembaca Alki­tab belajar dari padanya. Dengan perkataan lain, melalui hal itu Allah ingin berfirman kepada manusia.
Kenyataan lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa kalimat "Demikianlah firman Allah" atau "Allah ber­firman" sering kita dapati dalam Perjan­jian Lama, khususnya dalam kitab Musa. Sebagai contoh: Kej.1:3,6,9 Kel.5:1;6:1;7:1; Im.1:1;4:1 dan seterusnya. Dalam kitab Musa istilah tersebut terda­pat ± 800 kali, dan ± 2000 kali dalam seluruh Per­janjian Lama.
Kita telah melihat Alkitab Perjanjian Lama, lalu ba­gaimana kita mengerti Perjanjian Baru sebagai il­ham Allah juga?. Untuk itu, kita perlu melihat otoritas para Rasul. Tuhan Yesus sendiri telah memilih mereka untuk menjadi muridNya. Selama kira-kira tiga tahun penuh Tuhan Yesus mengajar mereka melalui perkataan dan tindakan. Lebih dari itu, mereka  menyaksikan sendiri apa yang dilakukan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus telah mempersiapkan mereka untuk kelak menjadi pemberita-pemberita Injil. Tuhan Yesus telah mengutus mereka dengan kuasa. Tuhan Yesus juga berjanji mengutus Roh Kudus yang akan menyertai mereka. Dia bersabda: "Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diu­tus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajar­kan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukata­kan kepadamu" (Yoh. 14:26).Yang menjadi pertanya­an adalah, apakah kita yakin bahwa Roh Kudus mampu memimpin para Pe­nulis Perjanjian Baru un­tuk menulis apa yang mereka dengar, lihat dan mereka saksikan? (band:I Yoh.1:1-3). Kemudian, apakah kita yakin bahwa memang Roh Kudus telah memimpin mereka dalam penulisan tersebut?. Ra­sul Petrus menegaskan: "Yang terutama harus kamu ketahui ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci ti­dak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah" (IIPet.1:20-21).

2. Sikap Tuhan Yesus yang menerima, menjun­jung tinggi serta menaklukkan diriNya terha­dap Alkitab

Selama hidup Tuhan Yesus di dunia ini, kita meli­hat teladanNya dalam mentaati Alkitab. Sebagai contoh adalah pencobaan di padang gurun. Seluruh godaan si Iblis dipatahkan dengan ketaatanNya kepada Firman. Dia mengutip Perjanjian Lama de­ngan memulai "Ada tertulis". Ada orang menafsirkan ini bahwa Tuhan Ye­sus melawan si Iblis dengan mengutip Firman, dalam arti Firman tersebut dituju­kan buat si Iblis. Sepertinya iblis takut terhadap Firman. Namun benar apa yang per­nah dikatakan oleh Dr John Stott bahwa Iblis tidak me­merlukan Firman. Tetapi Tuhan Yesus mengutip Firman terse­but bagi diriNya sendiri, untuk ditaatiNya. Menarik untuk diperhatikan bahwa pada peristiwa tersebut di atas, Tuhan Yesus mengutip kitab Ulangan.  menurut kelompok tertentu Kitab Ulangan bukan Firman Al­lah, tetapi hanyalah kata-kata Musa. Memang benar, hal ter­sebut dikatakan Musa (band.Ul.8:1). Namun perlu diperhatikan bahwa istilah 'Musa berkata' dan 'Allah berfirman' sering saling ditukarkan. Jadi, hal itu iden­tik. Karena Musa berkata adalah atas pim­pinan dan kon­trol Allah.
Mari kita perhatikan kedua ayat berikut:
“Sesungguhnya kamu harus berpegang pada keteta­panKu dan peraturanKu. Orang yang melakukannya akan hidup karenaNya; Akulah Tuhan. (Imamat 18:5).
Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat, orang yang melakukannya akan hidup karenanya”  (Rom. 10:5).

Contoh lain adalah ketika ahli Taurat dan orang-orang Farisi meminta tanda kepada Yesus. Yesus me­ne­gaskan :"...tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab se­perti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam ra­him bumi tiga hari tiga malam". (Mat.13:39b-40).
Kutipan ini juga menarik, karena banyak orang me­nolak kitab Yunus. Menurut mereka hal itu tidak masuk akal. Itu adalah dongeng. Namun, Tuhan Ye­sus meneri­ma kitab itu. Tuhan menerima kebenaran peristiwa itu. 
Kepada dua orang murid yang sedang berjalan serta­Nya dalam perjalanan ke Emaus, Tuhan Yesus bersabda:" ...harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur" (Luk.24:44). Hal itu dinyatakanNya untuk menjelaskan penderitaanNya dan kematianNya, di mana Dia dengan taat menjala­ninya demi menggenapkannya. Dengan tepat Prof. Donald Bloesch menulis:
"The absolute authority of faith, the living Christ Him­self, has so bound Himself to the Sacred Scripture"[ii]. (Penguasa mutlak iman itu, yaitu Kristus yang hidup itu sendiri, telah begitu mengikatkan diriNya kepada Kitab Suci).

3. Superioritas dan keistimewaan ajaran Alkitab.

Jika Alkitab adalah firman Allah, maka isinya akan menunjukkan hal tersebut. Ajaran Alkitab me­mang menunjukkan nilai superior dibandingkan de­ngan kitab-kitab lain.
Ajaran Alkitab bersifat mutlak dan universal, ti­dak dibatasi oleh tempat dan waktu. Contoh: ajaran tentang kasih, kebenaran, dosa, penciptaan, dll. Mengenai kasih,  Alkitab menguraikan:
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia ti­dak cembu­ru. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong dan ia tidak melakukan yang ti­dak sopan dan tidak mecari ke­untungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala se­suatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung se­gala sesuatu”. (I Kor. 13:4-7).

Perhatikan dan renungkanlah makna kasih tersebut di atas. Adakah penjelasan kasih yang begitu lengkap se­perti penjelasan tersebut di atas?.
Bicara tentang kebenaran dan dosa, kedua hal ini seringkali sulit didefinisikan. Itulah sebabnya masing-masing orang dapat memberi pengertiannya sendiri ten­tang kebenaran dan dosa. Karenanya, menjadi sangat relatif. Namun demikian, Alkitab dengan tegas dan jelas berbicara tentang kedua hal tersebut. Itulah sebabnya ketika Daud -seorang raja yang begitu berkuasa penuh di zamannya- berzinah dengan Batsyeba, dia ditegur oleh nabi Natan. (baca II Sam. 12:1-15). Raja Daud ti­dak bisa lari dari ke­benaran Allah. Dia tidak bisa me­mutar balikkan ke­benaran tersebut, betapa hebatpun kuasanya. Maka ketika dia diperhadapkan kepada kebe­naran mutlak seperti itu, dia bertobat dan berkata: “Aku sudah berdosa kepada Tuhan” (II Sam. 12:13). Dalam pe­ngakuan dosanya, Daud berteriak: “Terhadap Eng­kau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melaku­kan apa yang Kau anggap jahat” (Maz.51:6).    Dari seruan Daud tersebut dapat kita lihat dengan jelas ukuran dosa, yaitu, apa yang Allah anggap jahat. Jadi, Allah merupakan standard ukuran kebenaran.
Alkitab juga memberikan prinsip moral yang ber­sifat agung, yaitu :
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Mat.7:12).

Ada sebagian orang yang menilai Alkitab sebagai ti­dak ilmiah, hanya orang bodohlah yang dapat memper­cayainya. Namun tuduhan itu tidak berdasar. Kenya­taannya, banyak ilmuwan dan orang-orang yang sangat genius menaruh imannya pada Alkitab. C.S.Lewis (1898-1963), seorang yang sangat cerdas dan professor dari Universitas Oxford menegaskan bahwa tidak ada dokumen yang paling dapat diperca­ya dan paling leng­kap dibandingkan dengan Alkitab. Proff W.F. Albright menulis:"Tidak diragukan lagi bahwa arkeologi telah meneguhkan fakta-fakta seja­rah yang penting dalam tradisi Perjanjian Lama. Demikian juga, Miller Barrow dari Universitas Yale menulis: "Beberapa ahli purbakala makin lebih menghargai Alkitab karena pengalaman penggalian di Palestina dan ilmu purbakala membantah pandangan kritik modern dalam banyak masalah". Di pihak lain Nelson Glueck menulis: "Tidak ada satupun penemu­an purbakala yang bertentangan dengan ketera­ngan-keterangan dalam Alkitab".
Kelihatannya, ketika Teolog-Teolog meragukan Alki­tab, Allah telah membangkitkan Arkeolog-Arkeolog un­tuk menyatakan kebenaran Alkitab.
Alkitab bertentangan dengan science?. Lalu bagai­mana dengan pernyataan Alkitab bahwa bumi bulat: Yes.40:21-22; bumi berputar: Luk:17:24,34-35; bin­tang tidak terhitung: Kej.15:5? Bukankah semua pernyataan di atas bahasa ilmiah?.  

4. Kuasa Alkitab yang merubah hidup

Adalah kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa berjuta manusia yang hidup dalam dosa, frus­trasi, tanpa pengharapan dan ingin bunuh diri, me­ngalami peruba­han hidup setelah membaca dan mendengar Alkitab. Ada satu cerita yang menarik ditulis oleh Dr. J.M.Boice. Pada satu pertemuan dari kelompok Bala Keselamatan, Dr H.A.Ironside diun­dang untuk bersaksi di hadapan kira-kira 60 orang. Setelah dia menyaksikan kuasa Kris­tus melalui fir­manNya yang telah mengubah hidupnya, seorang yang berpakaian rapi tiba-tiba maju ke depan dan menyodorkan kartu dengan tulisan:"Tuan, Saya menantang Anda untuk berdebat dengan saya me­ngenai Agnostisisme versus Kekristenan di aula Aca­demi Sci­ence, hari Minggu depan sore, jam 4.00”.
Tawaran tersebut diterima oleh Dr Ironside dengan satu persyaratan, yaitu dia harus membawa sertanya pada pertemuan tersebut seorang pria dan seorang pe­rempuan, yang dahulu hidupnya rusak. Tetapi, setelah mendengar ajaran Agnostisme tersebut hidup mereka diubahkan menjadi orang baik dan  setia mengikuti ajaran tersebut. Dr. Ironside berjanji akan membawa 100 orang menyertainya dan menjadi saksi yang hidup bahwa hidup mereka dulu rusak, tetapi berubah setelah mendengar Firman Tuhan. Kemudian dia menoleh ke arah pimpinan Bala Keselamatan ter­sebut dan berkata: "Captain, have you any who could go with me to such a meeting?". Pemimpin ter­sebut menjawab dengan penuh semangat: "We can give you forty at least just from this one corps." Selanjutnya, Dr Ironside berkata kepada orang terse­but di atas:
"Now, Mr--- , I will have no difficulty in pick­ing up sixty others from the various missions, Gospel halls, Evangelical Churches of the city... I will come marching in at the head of such a procession, with the band playing 'On­ward, Christian Soldiers', and I will be ready for the debate"[iii]  (Sekarang, Tuan X, saya tidak akan memiliki kesulitan untuk mengumpulkan 60 orang lain lagi dari berbagai missi peng­injilan, kebaktian penginjilan gereja-gereja di kota ini... kami akan datang berbaris diiringi musik band, dengan nyanyian “Laskar Kristen Maju”. Saya siap untuk perdebatan tersebut).
Apa yang terjadi kemudian?. Debat yang dimaksud tidak terlaksana. Karena orang Agnostik tersebut ti­dak jadi datang. Mengapa? Karena memang tidak ada orang yang memenuhi persyaratan tersebut di atas. Tidak ada orang yang secara nyata mengalami peru­bahan hidup dari rusak menjadi baik setelah mende­ngar dan mengikuti faham agnostik tersebut. Seba­liknya dengan Injil. Allah telah merubah hidup berju­ta-juta orang termasuk bapak gereja Augustinus. Juga tokoh reformasi, Luther. Mengapa demikian?. Alkitab menegaskan akan kuasanya yang begitu ajaib. Alkitab berkata:
“ Sebab Firman Allah hidup dan kuat dan le­bih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimba-ngan dan pikiran hati kita”. (Ibr.4:12).
“Bukankah FirmanKu seperti api, demikianlah Firman Tuhan, dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?” (Jer. 23:29; baca juga Jer.20:7-9).

5. Kesatuannya yang ajaib

Bagaimanakah sikap Anda terhadap Alkitab yang sedang Anda baca tersebut?. Setiap Anda membaca buku tentu dipengaruhi oleh siapa penulisnya, pen­erbitnya, dan bagaimana proses pembuatan buku ter­sebut. Bicara soal faktor-faktor tersebut di atas, maka jelaslah Alkitab melampaui semua buku. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Alkitab. Karena Alkitab yang terdiri dari 66 buku itu, ditulis oleh 40 penulis dari latar belakang yang berbeda. Ada dari latar belakang 'jenderal' seperti Musa, gembala se­perti Amos dari Tekoa, raja seperti Daud, nabi se­perti Yesaya dan Jeremia, nelayan seperti Petrus, dokter seperti Lukas, orang pemerintah seperti Matius, filsuf seperti Paulus. Alkitab juga ditulis dalam kurun waktu yang sangat lama yaitu kira-kira 1400 tahun!. Proses penulisan kitab-kitab tersebut, sampai akhirnya dikanonkan sungguh merupakan keajaiban juga.
Yang amat menarik untuk diperhatikan adalah ba­gaimana Penulis-penulis tersebut dapat saling me­lengkapi dalam tulisannya. Mereka tidak pernah bertemu dan merundingkan batasan-batasan penulis­an. Bahkan ada yang berani menuliskan sesuatu yang bersifat nubuatan dan yang secara logika tidak masuk akal, meskipun dia tidak sempat menyaksikan penggenapan tulisannya tersebut. Seperti Nabi Yesa­ya menuliskan seorang perempuan muda akan me­ngandung (Yes.7:14b). Nubuatan tersebut baru dige­napi jauh sesudah Yesaya meninggal, yaitu kira-kira 700 tahun kemudian. Di mana Matius menulis: "Supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh Nabi:'Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung ...'" (Mat.1:23). Mengapa Alkitab tersebut dapat saling melengkapi dan secara berkesinambungan memberitakan satu berita mulai dari penciptaan hingga datangnya Kristus yang ke-dua kalinya?. Adakah pribadi yang mengatur mereka ini?. Jawab­annya ada. Sebagaimana disaksikan oleh Rasul Petrus:
“Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh ke­hendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Al­lah”  (IIPet.1:20-21).

6. Kemurniannya

Alkitab menelanjangi kelemahan manusia berdosa, tanpa kecuali, termasuk kelemahan nabi-nabi. Nabi Musa, pemimpin besar Israel itu dicatat pernah membunuh. Padahal, ketika Musa menerima ke sepuluh hukum dari Allah, salah satu di antaranya adalah perintah untuk jangan membunuh (hukum ke-6). Lalu bagaimanakah perasaannya ketika menyam­paikan Taurat tersebut kepada umat Israel di mana umat Israel telah mengetahui sebelumnya akan peris­tiwa pembunuhan tersebut?.
Kemudian, Abraham disebut bapak orang beriman -gelar yang sangat tinggi dan mulia- namun, Alkitab mencatat kelemahan Abraham ketika dia berkata kepada istrinya: "Katakanlah bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka (orang-orang Mesir) dengan baik... dan aku dibiarkan hidup"(Kej.12:13). Hal itu dilakukannya lagi ketika dia bertemu dengan Abimelekh (lihat Kej.20).
Hal yang sama terjadi kepada Daud. Dia adalah nenek moyang orang Yahudi. Dan mereka bangga serta menjunjung tinggi leluhur mereka. Meskipun demikian, Alkitab tetap 'mempermalukan' Daud dan orang-orang Yahudi, keturunannya, dengan mencatat penyeleweng-annya dengan Batsyeba. Daud kemudian ditegur oleh Nabi Natan (lihat Maz.51 dan II Sam.12:1-15). Sebenarnya masih banyak contoh lain lagi yang dapat kita catat di sini yang menunjukkan keterbukaan Alkitab dalam menunjukkan dosa-dosa tokoh-tokoh rohaniwan dalam Perjanjian Lama mau­pun Perjanjian Baru. Mengapa demikian?. Siapakah pengarang Alkitab sesungguhnya? Tidak lain adalah Allah, yang memerintahkan Penulis-Penulis untuk menuliskannya. Jika sekiranya Penulis bebas menulis menurut keinginannya, tentulah mereka menyem­bu­nyikan cacat-cacat tersebut di atas.

7. Ketepatan nubuat dan nilai nubuatannya yang tiada tara

Bicara tentang nubuatan, memang Alkitab menubuatkan hal-hal yang luar biasa yang membuat kita kagum dan bersyukur kepada Allah atas nubuat­an tersebut. Marilah kita melihat tiga nubuatan berikut.
Pertama, tentang terbuangnya bangsa Israel ke Babel dan  dilepaskan kembali setelah 70 tahun. Baca:  Dan.9:1-2; Jer.25:11.
Sebenarnya ketika Alkitab menubuatkan bahwa bangsa Israel akan dikalahkan dan dibuang ke negeri asing, hal itu hampir mustahil. Karena ketika nubuatan tersebut diberikan, Israel justru begitu kuat dan hebat. Mereka malah menaklukkan bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Namun Allah telah menya­takan kepada para Nabi apa yang akan terjadi pada bangsa Israel yang hebat tersebut; bahwa Allah akan menghukum mereka akibat dosa-dosa mereka. Hal itu kemudian digenapi dalam sejarah.
Kedua, tentang tersebarnya orang-orang Yahu­di. Baca:  Ul.28; Hosea 9:17; Jer.24:9 dan kembali­nya mereka  ke tanah Israel. Baca: Yeh.36:9,24; Yeh.37.
Ketika Alkitab menubuatkan bahwa orang-orang Yahudi yang tercerai berai ke seluruh penjuru dunia itu akan kembali bersatu, hal itupun merupakan kea­jaiban Allah juga. Orang bertanya: “Bagaimakah mungkin hal itu terjadi? Alkitab telah melakukan ke­salahan”. Tetapi sejarah kembali membuktikan bahwa Alkitab benar. Karena akhirnya orang-orang Yahudi tersebut kembali ke negeri asalnya ketika mereka memproklamasikan kemerdekaannya.
Ketiga, nubuat tentang Tuhan Yesus.
Alkitab juga mencatat hal yang luar biasa tentang Tuhan Yesus. Belum pernah ada satu buku yang mencatat hidup seseorang sebelum orang tersebut dilahirkan ke dalam dunia. Kita dapat mencatat buku tentang biografi atau kisah hidup seseorang. Tetapi hal itu dilakukan  setelah dia lahir dan menjalani hidupnya. Tetapi Alkitab mencatat siapa dan bagai­mana Tuhan Yesus justru sebelum Dia ada di dalam dunia. Alkitab mencatat kota kelahiranNya yaitu se­buah kota kecil di Betlehem (Mikha 5:1). Dia akan dilahirkan dari seorang perempuan muda yaitu pe­rawan Maria (Yes. 7:14). Tujuan hidupNya juga di­catat secara jelas yaitu untuk menghancurkan peker­jaan si iblis (Kej. 3:15). Namun demikian, dalam hidupNya, Dia akan banyak menderita bahkan mati secara memalukan (Yes. 52:13-53:12). Tetapi Dia akan mengakhiri hidupNya dengan penuh kemenangan dan kemuliaan, yaitu melalui kebangkitan dan kenai­kanNya ke Sorga serta kedatanganNya kembali ke dalam dunia (baca Maz. 22-24).

8. Sifat Universalnya

Apa yang disampaikan dan diajarkan oleh Alkitab melampaui batasan-batasan suku, kaum, bahasa dan bangsa. Isi Alkitab tidak pernah tidak cocok dengan suku atau bangsa tertentu, pada waktu tertentu, ke­cuali karena dosa. Mengapa? Karena Alkitab adalah firman Allah yang melampaui segala batasan waktu dan tradisi manusia.  Alkitab adalah handbooknya orang berdosa. Karena itu, selalu relevan dengan manusia, di mana manusia sudah berdosa dan mem­butuhkan berita pengampunan. Itulah sebabnya manusia di segala abad dan tempat, yang sungguh-sungguh mencintai dan membaca Alkitab telah beroleh banyak nasehat, pengajaran, penghiburan serta berkat yang melimpah.

9. Ketahanannya terhadap segala serangan

Adalah merupakan kenyataan bahwa Alkitab ada­lah kitab yang paling banyak diserang dan dikritik. Alkitab juga paling terbuka untuk dikritik, karena ditulis dalam berbagai bahasa, di mana diterje­mah­kan ke lebih 1600 bahasa. Tetapi, penyerang-penye­rang Alkitab mati dan berlalu namun Alkitab tetap bertahan dan menjadi berkat bagi berjuta-juta manusia yang mau terbuka dan sungguh-sungguh mencari kebenaran. Voltaire, seorang gembong ra­sionalist abad ke 18 pernah menghina Alkitab dengan mengatakan bahwa Alkitab (yang ketika itu ada di tangannya) akan segera lenyap tidak sampai 50 tahun lagi. Lalu dia melemparkan Alkitab tersebut dan mengatakan: "Tidak lama lagi kitab ini hanya akan ditemukan di Museum".
Kenyataannya, Voltaire yang di 'museumkan' alias meninggal dunia tidak sampai 50 tahun kemudian! Konon, katanya, tempat tinggal Voltaire dibeli oleh orang Kristen dan dijadikan tempat untuk percetakan Alkitab, semacam Lembaga Alkitab Indonesia.
Hal itu sebenarnya sudah ditegaskan oleh Tuhan Yesus, ketika Dia bersabda: "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu". (Mat.24:35);baca juga Mat.5:18.

10. Pengalaman pribadi

Sebenarnya, kita masih dapat melihat dari berba­gai sisi, sebagai internal testimony (kesaksian inter­nal) yang menunjukkan bahwa Alkitab sungguh me­nyatakan dirinya firman Allah. Namun, salah satu hal yang penting adalah pengalaman Anda sendiri. Sesungguhnya, pengalaman adalah guru yang sangat dipercaya, meskipun tentunya kita tidak menjadikan pengalaman di atas kebenaran Alkitab. Tetapi, pe­ngalaman tersebut dapat meneguhkannya. Apakah Anda memiliki pengalaman pribadi yang sungguh meneguhkan kebenaran bahwa Alkitab adalah firman Allah? Kalau ada, bagikanlah; kalau tidak, alamilah


                        
[ii] ibid, hal.63.

[iii] James Montgomery Boice,Foundations of the Christian Faith, vol.1 (Illinois: IVP,1978),hal 76-78



By: Mangapul Sagala

BEBERAPA PANDANGAN TERHADAP ALKITAB


Sesungguhnya topik ini amat penting. Ini adalah salah satu doktrin gereja yang penting. Mengapa?. Karena sesungguhnya seluruh doktrin gereja berasal dan bersumber serta  dibangun dari topik ini. Me­ngapa kita percaya bahwa semua manusia berdosa? Mengapa kita percaya bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus? Mengapa kita percaya bahwa Yesus Allah sejati dan manusia sejati? Me­ngapa kita percaya bahwa Yesus sungguh-sunguh mati untuk dosa manusia? Mengapa kita percaya bahwa Yesus sungguh-sungguh bangkit da­lam ben­tuk tubuh? Mengapa kita percaya bahwa ada ke­bangkitan tubuh sesudah kematian? Mengapa kita perca­ya bahwa Yesus akan datang kembali yang kedua kali­nya? Banyak lagi pertanyaan lain  yang dapat kita daftarkan di sini. Jawabannya adalah: Karena Alkitab mengatakan demikian. Benarlah syair sebuah lagu :Jesus loves me this I know, for the Bi­ble tells me so. Jadi, orang Kristen tidak membangun imannya di atas pandangan-pandangan bapak- bapak gereja atau para teolog -sekalipun pandangan mereka tidak dapat kita abaikan-tetapi membangunnya di atas Alkitab. Itulah sebabnya sikap orang terhadap Alkitab mempengaruhi seluruh doktrin atau ajaran­nya. Bagi mereka yang meli­hat Alkitab sebagai wa­hyu Allah yang bersifat mut­lak,maka mereka akan tunduk terhadap segala pernyata­an-pernyataan Alkitab, tanpa kecuali, sekalipun nam­paknya pikiran mereka dan pandangan para ahli teologia berbeda dengan itu. Tetapi bagi mereka yang melihat Alkitab sebagai buku biasa atau sekedar tradisi manusia be­laka, maka pernyataan-pernyataan Alkitab tidak ber­arti apa-apa.
Marilah kita lihat berbagai pandangan berikut:

1. Alkitab adalah tradisi manusia abad mula-mula

Bagi mereka ini, yang hanya melihat Alkitab seba­gai tradisi manusia abad mula-mula, tentu kurang menghar­gai Alkitab. Seorang hamba Tuhan pernah berbicara tentang Alkitab kepada seorang pemuda, bahwa Alkitab tersebut benar dan penting untuk di­baca. Namun pemuda tersebut tetap menolak untuk melihat pentingnya mem­baca Alkitab. "Mengapa Anda tetap bersikap negatip terhadap Alkitab? Apakah Anda melihat bahwa Alkitab itu banyak ke­sa­lahan?", tanya hamba Tuhan tersebut. Maka pe­muda tersebut menjawab:" Bagi saya, Alkitab tidak penting bukan karena banyak kesalahan. Saya setuju bahwa Alkitab tersebut benar. Masalahnya ada­lah, Alkitab tersebut tidak relevan lagi untuk abad ini.
Bagaimanakah Anda melihat relevansi Alkitab yang merupakan tradisi manusia zaman primitif tetap dapat diterapkan pada abad modern ini?".Jadi, bagi kelompok ini Alkitab tidak memiliki otoritas dalam hidup mereka.

2. Alkitab adalah buku biasa yang tidak luput dari kesalahan

Seorang teolog Indonesia pernah menulis dalam bu­kunya bahwa kalau kita membaca Alkitab harus mendekatinya sebagaimana kita mendekati buku lain­nya.
Kita tidak membaca buku-buku tersebut dengan sikap menerima saja. Tetapi kita membacanya dengan sikap kritis dengan asumsi bahwa setiap karya manusia punya kesalahan, tidak sempurna. Tidak terkecuali dengan Alkitab".Bagi kelompok ini, Alki­tab juga tidak memiliki nilai yang penting.

3. Alkitab, bukanlah firman Allah, tetapi catatan tentang Firman Allah

Bagi mereka yang menganut pandangan ini, wahyu Allah tidak bisa dituliskan. Karena Allah itu tidak ter­batas, maka firmanNya pun tidak terbatas. Jadi sebenar­nya, menurut teori ini peristiwa Allah ber­firman terha­dap Musa, Elia dan nabi-nabi lainnya sudah berlalu. Tetapi kemudian peristiwa tersebut (baca: wahyu) dica­tat. Itulah Alkitab. Menurut mereka ini, menyamakan Alki­tab dengan firman Al­lah adalah dosa. Jadi, Alkitab tidak memiliki otoritas dalam hidup mereka.

4. Alkitab mengandung Firman Allah

Menurut pandangan ini, Alkitab bukanlah firman Allah, tetapi di dalamnya terdapat firman Allah.Di samping itu, Alkitab juga mengandung 'firman iblis' dan ,firman manusia. Penganut pandangan ini setuju bahwa bagian Alkitab yang mengatakan :" Beginilah firman Allah" atau "Demikianlah Firman Allah" me­mang ada­lah Firman Allah. Tetapi bagian lain se­perti "Ular itu berkata kepada perempuan itu:'Tentulah Allah berfir­man... '(Kej.3:1b)" bukan­lah firman Allah. Demikian juga nasehat-nasehat sa­habat Ayub yaitu Elifas, Bildad dan Zofar bukanlah firman Al­lah, karena memang ke­mudian Allah me­negur mereka dan menyuruh mereka minta maaf kepada Ayub atas segala nasehat mereka yang salah (baca Ayub 42:7-9).

5. Alkitab menjadi firman Allah ketika terjadi pertemuan/pengalaman subjektif

Menurut pandangan ini ketika seseorang membaca Alkitab dan Allah berbicara melalui ayat-ayat yang se­dang dibaca tersebut, maka pada saat itulah ayat terse­but menjadi firman Allah. Dengan perkataan lain, ada saatnya Alkitab tersebut bukan Firman Al­lah yaitu sebe­lum terjadi pengalaman pribadi dengan ayat-ayat terse­but. Dengan demikian, firman Allah menjadi sangat subjektif, tidak objektif, tergantung manusia yang me­ngalaminya. Bagi orang tertentu ada kemungkinan ayat tertentu bukan firman Allah karena dia tidak mengalami apa-apa dari ayat terse­but. Tetapi orang lain, yang me­ngalami sesuatu dari ayat tersebut, itu adalah firman Allah.
Nampaknya, pandangan ini dianut oleh seorang pen­deta dari gereja tertentu di Korea dengan teori ‘rhemanya’. Dia memiliki anggota jemaat ratusan ribu orang. Kelompok ini membagi firman Allah menjadi dua yaitu logos dan rhema. Logos adalah firman Allah seca­ra umum, sedangkan rhema adalah firman Allah yang berbicara kepadanya secara pribadi. Pandangan ini juga telah menjalar ke gereja-gereja, khususnya gereja ter­tentu di Indonesia.

6. Alkitab adalah firman Allah

Menurut pandangan ini, Alkitab bukan sekedar tra­disi manusia -meskipun memang ada unsur tradisi di dalamnya-, juga bukan sekedar tulisan manusia - meskipun memang ada unsur manusia terlibat dalam pe­nulisannya- tetapi sungguh adalah firman Allah. Karena Alkitab adalah firman Allah, maka Alkitab tidak bersa­lah terhadap segala hal yang dinyatakan­nya. Karena itu, Alkitab memegang otoritas tertinggi dan terakhir dalam kehidupan. Sebenarnya, menurut keyakinan saya, inilah pernyataan Alkitab tentang dirinya, dan inilah juga merupakan pandangan kami.Kami setuju dengan tokoh reformasi, Martin Luther, yang mengatakan:
"No one is bound to believe more than what is based on Scripture. The Word must be believed against all sight and feeling and understand­ing. It also has the primacy over dreams, signs, and wonders"[i]  (Tidak seorangpun diha­ruskan untuk mempercayai sesuatu lebih dari­pada apa yang dikatakan  Alkitab. Alkitab harus dipercayai melebihi penglihatan, perasaan dan pengertian. Dia juga memilki keutamaan lebih dari mimpi-mimpi, tanda-tanda serta mukjizat-mukjizat).


                         

lirik lagu Thank You Lord

Thank You Lord - Joy Tobing

I come before you today 
And there`s just one thing that I want to say 
Thank you lord 
Thank you lord 
For all you`ve given to me 
For all the blessings that I cannot see 
Thank you lord 
Thank you lord 
With a grateful heart 
With a song of praise 
With an outstretch arm 
I will bless your name 
Thank you lord 
I just wanna thank you lord 
Thank you lord 
I just wanna thank you lord 
Thank you lord 
For all you`ve done in my life 
You took my darkness and gave me your light 
Thank you lord 
Thank you lord 
You took my sin and my shame 
You took my sickness and healed all my pain 
I just wanna thank you lord 
With a grateful heart 
With a song of praise 
With an outstretch arm 
I will bless your name 
lirik dari MelOn.co.id 
Thank you lord 
I just wanna thank you lord 
Thank you lord 
I just wanna thank you lord 
Thank you lord 
I just wanna thank you lord 
Thank you lord 
I just wanna thank you lord 
Thank you lord 
Thank you lord 
Thank you lord 
I just wanna thank you lord 
With a grateful heart 
With a song of praise 
With an outstretch arm 
I will bless your name 
Thank you lord 
I just wanna thank you lord 
Thank you lord 
I just wanna thank you lord 
Thank you lord 
I just wanna thank you lord 
Thank you lord 
I just wanna thank you lord 
Thank you lord 

Selasa, 24 September 2013

Jasa Instal Lapto, Notebook, dan lainnya

Jasa Instal Laptop : 30 Rb

Negara Maju-Negara Berkembang

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Masalah pemenuhan kebutuhan negara menjadi masalah yang menjadi titik pokok atau standar pokok yang mengharuskan setiap Negara-negara di dunia melakukan segala cara untuk menggapainya. Disampin itu juga, dapat dilihat pada kondisi saat ini memang bahwa secara ideal hubungan internasional dilakukan oleh negara-negara di dunia karena dalam pemenuhan kebutuhan dalam negerinya. Hal ini dapat dianalogikan dengan manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini terjadi, karena pada dasarnya manusia atau negara tidak dapat hidup sendiri dan pasti memerlukan manusia atau negara lainnya untuk berinteraksi dalam tujuan memenuhi kebutuhan dirinya.
            Kondisi-kondisi seperti ini menyebabkan terjadinya suatu pola hubungan yang menjadi ciri dalam hubungan internasional yang dilakukan negara-negara dunia.[1] Hubungan yang terjalin menyebabkan ketergantungan antar negara dunia ketiga dan negara dunia pertama memang tidak dapat dihindarkan. Di satu sisi dapat dipandang bahwa Negara dunia ketiga sangat membutuhkan modal, informasi, dan teknologi untuk membangun negara mereka. Sementara itu negara dunia pertama membutuhkan negara dunia ketiga sebagai pasar dari hasil industrinya dan juga sebagai penyedia sumber daya alam bagi kelangsungan industrinya.
            Tetapi hal tersebut diatas dapat dipandang hanya sebagai suatu konsep saja. Kondisi ini karena pada realitanya pada sistem dunia internasional kerjasama yang dilakukan antar negara dunia ketiga dan negara dunia pertama selalu menguntungkan negara dunia pertama saja. Hubungan negara dunia ketiga dan negara dunia pertama cenderung bersifat ekspoloitatif karena negara dunia pertama sebagai pemilik modal dan negara dunia ketiga yang mempunyai sumber daya alam dan tenaga kerja yang murah dan tidak mempunyai modal.
Disisi lain, Dalam pembangunan suatu negara dapat dilakukan dari pembangunan sektor ekonomi atau dari sektor pembangunan politik. Namun, pada suatu pembangunan yang bertolak dari sektor politik maka negara tersebut harus jeli dalam memahami masyarakatnya karena tidak semua negara dapat maju dengan sistem demokrasi. Sebagai contoh perbedaan Rusia dan Cina, pada awalnya mereka sama-sama menganut paham komunis. Namun sejak kalah perang dengan Amerika, Cina dan Rusia berusaha membangun negara mereka masing-masing. Perbedaanya, Rusia memulai pembangunan dengan bertolak dari sistem politiknya dengan mengubah menjadi demokrasi sedangkan Cina mengubah sistem ekonominya menjadi terbuka. Pada hari ini dapat dilihat perbedaan perkembangan dari Cina dan Rusia. Perkembangan Cina maju dengan pesat dibandingkan dengan Rusia. Disini jelas negara dunia pertama berusaha mempertahankan dominasinya dengan menyebarkan pengaruhnya ke penjuru dunia.
1.2  Rumusan Permasalahan
Mengenai istilah “negara maju (Negara Utara)” dan “negara berkembang (Negara Selatan)” maka, merujuk kepada suatu kondisi yang sangat tidak seimbang dari kedua istilah ini. Kedua istilah tersebut merupakan penggolongan negara-negara di dunia berdasarkan kesejahteraan atau kualitas hidup rakyatnya. Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup yang tinggi. Sedangkan negara berkembang adalah negara yang rakyatnya memiliki tingkat kesejahteraan atau kualitas hidup taraf sedang atau dalam perkembangan.
Istilah penggolongan negara-negara ini kemudian dalam Teori Struktural dijelaskan sebagai sistem sosial status-peran yang dikemukakan oleh Talcott Parsons. Yaitu terdapat pembagian status yaitu negara maju dan negara berkembang yang menjalankan perannya masing-masing. Dalam pelaksanaannya negara berkembang memiliki peran  menyediakan hasil pertanian bagi industri negara maju. Perlu diketahui bahwa peran tersebut dapat direalisasikan apabila mendapat bantuan keuangan dari negara maju, sehingga negara berkembang semakin bergantung terhadap negara maju. Misalnya Indonesia yang tergantung pada sektor primer atau pertanian dengan modal dari negara maju melalui IMF atau lainnya,   
Dari latar belakang diatas dapat terlihat jelas bahwasannya terdapat beberapa perbedaan pada interaksi internasional yang terjadi. Dalam realitas yang terjadi, maka dapat dilihat peranan terbesar pada dasarnya dipegang oleh para pelaku interaksi internasional/ negara. Dalam hal ini yang pastinya memiliki tujuan yang bermacam-macam yang pada akhirnya hal terebut akan menghasilkan suatu perubahaan keadaan hubungan internasional dunia secara menyeluruh. Hal ini juga merujuk kepada Setiap negara di dunia memang tidak dapat berdiri sendiri dalam memenuhi kebutuhan dalam negerinya.
Dalam interaksi-interaksi internasional yang dilakukan antar negara ini, sangat memungkinkan sebuah negara yang miskin dapat menjadi negara kaya, dan sebaliknya. Tetapi, pada realitasnya hubungan interaksi negara miskin dan negara kaya ini hanya menguntungkan bagi negara kaya saja artinya kondisi ini menciptakan apa yang dinamakan dengan teori depedensi.[2] Dalam makalah penulis tertarik untuk melihat fenomena ini, maka penulis merumuskan masalah pertanyaan, yaitu : bagaimana kondisi obyektif saat ini tentang konflik ekonomi-politik negara Utara dan Selatan ?
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mendeskripsikan mengenai kondisi saat ini konflik yang terjadi antara negara-negara Utara dan Selatan. Selain itu juga mendeskripsikan bagaimana solusi teoritik mengenai konflik yang terjadi.
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode library research. Dimana penulis mengambil bahan melalui studi literatur termasuk akses data melalui internet. Akses internet dilakukan dengan selektif melalui alamat situs yang kredibilitasnya dapat dipercaya. Data yang telah didapatkan, kemudian akan dipilih yang sesuai dengan tema makalah.
1.5  Sistematika Penulisan
Untuk mewujudkan sebuah makalah yang sistematis dan menarik untuk dicermati, maka sistem penulisan pada bab-bab berikutnya akan tercermin pada poin-poin sebagai berikut:
·         Di dalam bab 1, akan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, pembatasan masalah, teknik pengumpulan data dan sistematika penulisan.
·         Di dalam bab 2,  Pendahuluan
·         Di dalam bab 3, Solusi Teoritik
·         Di dalam bab 4, Simpulan



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Hubungan Negara-negara Utara-Selatan
Perkembangan dunia pada abadke 21 ini telah memberikan studi hubungan internasional kesempatan yang luas, hal ini disebabkan perubahan dramatis yang terjadi akibat jatuhnya komunisme di Eropa dan berakhirnya perang dingin. Oleh sebab itu, menjadikan dunia mengalami kemunduran dan disintregasi kekuatan, dilain pihak juga berubah positif dan terjadi penggabungan kekuatan.Terorisme ketegangan penggunaan nuklir, isu-isu rasial, dan global warming memberikan perlawanan kepada tersebarnya demokrasi, isu perdamaian dunia, dan kerjasama untuk mengintegrasikan dunia. Fokus dunia telah berubah dari paham negara komunis-Negara demokrasi menjadi sebuah dunia yang tidak lagi memperdulikan Negara tetapi juga organisasi non Negara seperti PBB.[3]
Dilain sisi, masalah kesejahteraan ekonomi telah menciptakan jurang antara negara maju dengan negara dunia ketiga, jurang ini menciptakan kesenjangan sosial yang berujung pada renggangnya hubungan antar Negara. Negara di seluruh dunia pada dasarnya membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhannya, Negara maju seperti Amerika mengandalkan ekonomi dari penjualan barang barang berteknologi tinggi, komputer,mobil,pesawat terbang. Permasalahan yang timbul di Negara maju adalah kurangnya sumber daya seperti buah-buahan,minyak,dan bahan mentah lainnya. Sumber daya ini dihasilkan di Negara-negara berkembang, hal inilah yang menyebabkan Negara maju melakukan eksploitasi yang berujung pada ketidakadilan. Karena pada praktiknya Negara berkembang hanyadijadikan sebagai tambang untuk dikeruk oleg Negara maju.
Fakta menunjukkan berkembang pesatnya studi hubungan internasional dewasa ini, khususnya setelah berakhirnya Perang Dingin, tak lepas dari keberhasilan salah satu kunci penting yang patut diperhitungkan pada proses berlangsungnya hubungan internasional itu sendiri. Interaksi internasional sebagai salah satu aspek penting yang tak hanya menyumbangkan keberhasilan hubungan antar Negara, namun juga memberikan dampak kepada dunia secara menyeluruh. Interaksi internasional itu dilakukan oleh Negara-negara yang memiliki tujuan yang serupa serta visi dan misi yang tak saling bertolak belakang.
“International interaction are politically relevant processes of communication and exchange between actors in the international system. As such they will reflect the goals, resources, and actions, and they will be influenced by the context in which and the levels at which they occur.” [4]
 Definisi tersebut mengimplikasikan aspek yang sangat memengaruhi keberhasilan interaksi internasional, yaitu pelaku interaksi internasional yang akan mencerminkan tujuan serta aksi yang akan dilakukan guna mencapai keberhasilan dari hubungan di antara Negara tersebut. Dengan adanya “communication and exchange” yang baik antar Negara juga tentunya akan menghasilkan suatu keberhasilan.
Tetapi, disatu sisi Hubungan internasional dengan segala dinamikanya telah membantu masyarakat global untuk menyelesaikan permasalahan fundamental di dunia. Berbagai problem yang muncul menjadikan studi hubungan internasional menjadi ilmu yang penting karena mencakup kemaslahatan hidup orang banyak yang pada dunia internasional adalah dunia secara global. Oleh sebab itu studi Hubungan Internasional telah menjadi bagian penting dari kehidupan di dunia global sebagai global strategist.
Perbedaan Negara Uatar-Selatan
Dengan kesenjangan yang semakin melebar antara negara Utara dan Negara Selatan semakin menciptakan suatu kondisi yang tidak kondusif. Dalam membahas masalah ini, menarik untuk membahas mengenai pebedaan antara negara Utara dan Selatan terlebih dahulu. Suatu Negara dapat digolongkan Negara maju (Negara Utara) dilihat dari kemapuan Negara tersebut telah menyeimbangkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan, oleh sebab itu maka sebagian besar tujuan pembangunan telah dapat terwujud, baik yang bersifat fisik ataupun non fisik. Dalam hal ini Istilah negara maju dapat digunakan untuk menguraikan negara-negara yang dihitung menikmati tingkat pembangunan yang tinggi berdasarkan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran yang mana dan negara mana yang digolongkan sebagai maju masih menjadi titik perselisihan dan perdebatan yang hangat, tetapi perdebatan semacam biasanya dikuasai oleh ukuran ekonomi.
Untuk melihat perbedaan dan kesenjangan antara negara Utara dan Selatan ialah merujuk kepada pendapatan per kapita. Pendapatan perkapita yang dilihat yaitu negara yang tinggi keluaran dalam negara kasar (PDB) per capitanya bisa diterima sebagai negara maju. Ukuran lainny untuk menggolongkan hal ini ialah ukuran ekonomi adalah pengindustrian, yaitu negara-negara yang ekonominya dikuasai oleh sektor tertier dan kuaterner bisa diterima sebagai negara maju. Disamping kedua aspek tersebut, salah satu aspek lagi yaitu ukuran yang semakin penting yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bergabung dengan ukuran ekonomi, pendapatan negara, umur, pendidikan dan sebagainya. Bila dilihat, ukuran ini menentukan negara yang terukur IPM sangat tinggi sebagai negara maju. Akan tetapi, kaidahnya untuk dalam usaha menentukan taraf “maju” dengan mana-mana cara yang digunakan.
Diatas telah dijelaskan mengenai ukuran negara maju, dan sekarang menarik untuk membandingkannya dengan negara Selatan.  Negara Selatan secara teori dapat diartikan sebagai sebuah negara yang dengan kesejahteraan material yang dapat digolongkan kepada tingkat rendah. Kondisi ini disebabkan tidak ada definisi tetap negara berkembang yang diakui secara internasional, tingkat pembangunan bisa saja bervariasi di dalam negara berkembang tersebut. Bila merujuk dari kondisiya sejumlah negara berkembang memiliki standar hidup rata-rata yang tinggi. Negara yang memiliki ekonomi yang lebih maju daripada negara berkembang lainnya, namun tidak sepenuhnya menampakkan tanda-tandanegara dikelompokkan dalam istilah negara industri.
Negara berkembang adalah negara yang dipahami negara yang sedang dalam pembanungan dalam hal pembangunan ekonomi, sosial dan politik memiliki tingkat yang relatif rendah. Negara berkembang ini merupakan istilah kolektif untuk negara-negara yang sedang berkembang namun bukan disebut dengan negara “miskin” atau negara mundur.  Negara sebagai negara berkembang atau tidak, tergantung pada tolok ukur yang digunakan untuk mengukur pembangunan suatu negara apakah dilihat dari ekonomi, sosial maupun politiknya.
2.2  Perbedaan Negara Utara dan Selatan
Studi terbaru menunjukkan bahwa kesenjangan pendapatan antara negara-negara barat atau negara maju (Utara) dengan negara berkembang melonjak 733 persen dalam 200 tahun. Hal tersebut, seperti dikutip dari Huffington Post, Rabu 29 Mei 2013, ditemukan oleh Diego Comin, seorang profesor Harvard Business School dan Marti Mestieri, peneliti di Toulouse School of Economics.  Hasil penelitian menunjukkan, pada tahun 1800 pendapatan negara-negara maju di Eropa dengan negara berkembang sebesar 90 persen. Memasuki tahun 2000, perbedaan ekonomi antara keduanya membengkak hingga 750 persen.[5]
Istilah dunia ketiga mulai populer sejak tahun 60-an. Istilah tersebut diperkenalkan kepada publik yang berbahasa inggris, Peter Worsley (1964) dan Irving Louis Horowitz (1966) dalam bukunya three worlds of development. Dunia pada saat ini dilihat dari pola kemajuannya ditandai dengan tiga kelompok negara, yaitu dunia pertama yang disebut dunia bebas atau blok atlantik yang meliputi Eropa Non-Komunis dan Amerika Utara. Dunia kedua meliputi negara-negara Eropa Timur atau Blok Uni Soviet, dan dunia ketiga meliputi Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Pada umumnya negara dunia ketiga adalah negara-negara yang terletak di sekitar dan diselatan khatulistiwa, sedangkan dunia pertama dan kedua di sebelah utara. Dunia pertama dan kedua bersama-sama berpenduduk 30% dari jumlah penduduk seluruh dunia dan menghuni 40% daratan dari seluruhnya. Selebihnya adalah sejumlah besar negara merdeka yang baru saja melepaskan diri dari penjajahan. Sehingga didalam negara dunia ketiga terdapat negara paling miskin di dunia dan secara teknologis sangat terbelakang. Namun negara-negara tersebut mempunyai sumber-sumber alam yang kaya raya dan potensial untuk mencapai kemajuan negaranya.
Tamas Szentes, dalam bukunya yang berjudul The Political Economy of Underdevelopment (1976), menyatakan bahwa keterbelakangan dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:
1.      Adanya keterbatasan Sumber-sumber, baik sumber alam maupun sumber manusia.
2.      Keterbelakangan danggap sebagai keterlambatan dalam arti lingkaran setan statik (static vicious circle) atau sistem yang berkeseimbangan stabil semu (quasi-stable equilibrium system).
3.       Dapat dipandang sebagai keterikatan tradisi.
4.      Keterbelakangan dianggap sebagai kondisi yang bersifat historik sebagai akibat kesenjangan yang terjadi antara negara maju dengan negara berkembang sementara negara lain sudah jauh mendahului dengan kecepatan yang berbeda.
5.      Keterbelakangan dianggap sebagai akibat ketidakseimbangan dalam hubungan internasional.
Negara dunia pertama merupakan negara-negara pemenang Perang Dunia Kedua dan merupakan negara yang tergabung dalam blok barat. Perekonomian pada negara dunia pertama sudah merupakan negara industri yang maju, walaupun bergerak di bidang pertanian tapi industri yang diterapkan oleh negara dunia pertama telah menerapkan industri yang maju.
Dari segi pemberdayaan sumber daya alam, negara maju dapat mengoptimalisasikan sumber daya alam dengan maksimal karena tersedianya modal, teknologi dan tenaga ahli. Negara maju terus melakukan inovasi pemberdayaan sumber energi yang ada guna menjadi energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan energinya dalam bidang industri. Sedangkan kedudukan negara dunia pertama pada politik internasional, negara dunia pertama ini menempati pos-pos penting dalam sistem dunia internasional seperti menjadi anggota pemegang hak veto di PBB. Hal ini dikarenakan mereka merupakan negara pemenang perang.
Di samping itu, Industrialisasi dan modernisasi yang dijalankan negara-negara dunia ketiga tidak berjalan mulus. Banyak negara-negara dunia ketiga telah gagal dalam menjalankan industrialisasi. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya kegagalan industrialisasi di Amerika Latin. Teori ketergantungan yang dikemukakan oleh Raul Prebisch, Secara umum, Prebisch menyatakan bahwa sistem perdagangan internasional memaksa negara-negara yang kurang berkembang (LDCs) berperan sebagai produsen dari bahan-bahan utama dan bahan-bahan mentah, sementara negara maju terus mendapatkan kesejahteraan sebagai produsen barang-barang industri. Pembagian kerja internasional seperti ini memaksa ketergantungan negara kurang berkembang terhadap negara-negara maju untuk menjadi outlet dari produk utama LDCs. Selain itu, spesialisasi produksi seperti ini mengabadikan ketergantungan LDC kepada negara-negara maju dalam hal modal dan teknologi (Balaam & Veseth, 2001:329).
Teori sistem dunia yang dikemukakan oleh Wallerstein. Menurut Wallerstein, sistem dunia modern bukan hanya satu-satunya sistem dunia yang ada. Ada banyak tipe sistem dunia dan salah satunya adalah sistem dunia perekonomian kapitalis. Sistem dunia perekonomian kapitalis adalah suatu sistem yang terbentuk secara sosial, terstruktur dengan adanya pembagian tenaga kerja, yang mana prinsipnya adalah kemudahan akumulasi kapital (Wallerstein, dalam Booth: 87).[6] Wallerstein kemudian membagi dunia menjadi tiga bagian yaitu core, semi-periphery, dan periphery. Core merupakan negara yang memiliki kapital sedangkan periphery merupakan negara yang memiliki tenaga kerja. Sehingga, relasi antar keduanya cenderung bersifat eksploitatif dimana core yang memiliki kapital mengeksploitasi periphery yang hanya memiliki tenaga kerja sementara tidak memiliki kapitaln (Wallerstein, dalam Booth: 88).
Berdasarkan teori-teori tersebut, disimpulkan bahwa kegagalan industrialisasi di negara-negara dunia ketiga lebih merupakan problem struktural karena struktur internasional yang berupa perekonomian kapitalis serta sistem perdagangan internasional yang hanya mengonsentrasikan industri di tangan negara-negara maju hanya akan membuat negara-negara dunia ketiga tergantung terhadap negara maju sementara negara-negara maju menikmati kesejahteraan.[7] Industrialisasi yang dijalankan melalui pembangunan ternyata tidak memberikan kesejahteraan kepada negara dunia ketiga. Hal tersebut dikarenakan adanya industrialisasi justru makin memperkaya negara maju dan mempermiskin negara berkembang. Negara maju berkonsentrasi pada industri sedangkan negara dunia ketiga berkonsentrasi pada penyediaan bahan mentah.
2.3  Kesenjangan Hubungan Antar Antar Negara Kaya (negara Utara) Dan Negara Miskin (negara Selatan)
            Dalam membahas masalah ini ketimpangan negara maju dan negara miskin (berkembang), sebenarnya terlebih dahulu merujuk kepada masalah kemiskinan. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah kemiskinan. Tidak meratanya distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah kemiskinan. Membiarkan masalah tersebut berlarut-larut akan semakin memperkeruh keadaan, dan tidak jarang dapat menimbulkan konsekuensi negative terhadap kondisi sosial dan politik. Masalah kesenjangan pendapatan dan kemiskinan tidak hanya dihadapi oleh negara sedang berkembang, namun negara maju sekalipun tidak terlepas dari permasalahan ini. Perbedaannya terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat kesenjangan dan angka kemiskinan yang terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah penduduk suatu negara. Semakin besar angka kemiskinan, semakin tinggi pula tingkat kesulitan mengatasinya.
Negara maju menunjukkan tingkat kesenjangan pendapatan dan angka kemiskinan yang relative kecil dibanding negara sedang berkembang, dan untuk mengatasinya tidak terlalu sulit mengingat GDP dan GNP mereka relative tinggi. Walaupun demikian, masalah ini bukan hanya menjadi masalah internal suatu negara, namun telah menjadi permasalahan bagi dunia internasional. Kesalahan pengambilan kebijakan dalam pemanfaatan bantuan dan atau pinjaman tersebut, justru dapat berdampak buruk bagi struktur sosial dan perekonomian negara bersangkutan. Demikianlah adanya arus perputaran perekonomian dari saat kesaat di dalam sebuah perekonomian swasta. Namun, corak arus itu untuk perekonomian dimana pemerintah ikut di dalamnya sehingga bukan perekonomian swasta lagi tidaklah akan menyimpang dari prinsip itu, mengingat pemerintah merupakan unsur pengatur dan penyeimbang perekonomian secara keseluruhan.
Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan merupakan dua masalah besar dibanyak negara berkembang. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara.
Pemahaman utamanya meliputi: Pertama, gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar. Kedua, gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalammasyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalahmasalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. Ketiga, gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia. Dan kondisi ini, secara teori dapat di analogikan sebagai kondisi negara Selatan.
Menarik untuk melihat Hubungan yang terjalin antara negara maju dengan negara dunia ketiga bersifat hubungan ketergantungan. Hubungan ketergantungan terjadi karena negara dunia ketiga bergantung kepada negara maju yang memiliki modal dalam sistem perekonomian dunia yang kapitalis. Ketergantungan negara dunia ketiga terhadap dunia maju disebabkan oleh beberapa hal. Yanuar Ikbar menyatakan bahwa ada empat hal yang menyebakan ketergantungan antar negara berkembang terhadap negara maju (Ikbar, 2006:180).
1.      Alasan ekonomi, hal ini disebabkan pasca merdeka dan baru berdiri sebagai suatu negara baru, negara-negara dunia ketiga masih belum memiliki kapabilitas yang cukup untuk melakukan pembangunan secara mandiri. Sehingga, negara-negara tersebut berusaha untuk mencari bantuan kepada negara-negara maju agar membantunya dalam hal pembangunan.
2.      Alasan teknologi, negara-negara maju memiliki kelebihan di bidang teknologi dibandingkan negara-negara dunia ketiga. Maka dari itu, secara tidak langsung negara-negara dunia ketiga berusaha untuk mendekati negara-negara maju demi mendapatkan transfer teknologi.
3.      Masalah kemananan, sama halnya dengan bidang teknologi dalam bidang militerpun negaja-negara maju jauh lebih mapan sehingga banyak negara-negara dunia ketiga yang melakukan kerjasama bidang kemanan dengan negara-negara maju.
4.      Masalah sosial lainnnya, yaitu merupakan upaya negara agar mencapai kesejahteraan rakyatnya. Negara-negara dunia ketiga melakukan pinjaman luar negeri untuk memperbaiki kehidupan yang menunjang bagi sarana dan prasana dalam negerinya sehingga kesejahteraan dalam negeri dapat tercapai.
Agar terlepas dari ketergantungan ini maka negara dunia ketiga membentuk suatu solusi baru terkait dengan sistem perekonomian dunia yang kapitalis dan sistem perdagangan yang hanya menguntungkan negara maju saja. Solusi yang dicetuskan adalah Tata Ekonomi Dunia Baru (New International Economic Order) yang mana negara dunia ketiga mendapatkan peran yang cukup dan mampu mengimbangi negara maju sehingga kegagalan industrialisasi tidak akan terjadi lagi. Namun, solusi ini juga gagal karena beberapa negara industri yang dipimpin AS menolak pengimplementasian NIEO.





BAB III
SOLUSI TEORITIK
Melihat akar dari konflik Negara Utara-Selatan ialah masalah kemampuan negara yang bersangkutan yang menyebabkan suatu kondisi yang dikenal dengan ketergantungan atau depedensi. Penyebab konflik yang terjadi adalah akibat dari hubungan negara miskin dan kaya atau sebaliknya didasarkan pada ketidakmampuan. Negara dunia ketiga membutuhkan modal untuk pembangunan sedangkan negara kaya memerlukan negara dunia ketiga karena sumber daya alamnya. Seharusnya hubungan kerja sama yang dilakukan dapat menjadi hubungan yang saling menguntungkan.
 Ada dua penyebab kenapa jurang ekonomi tersebut terjadi, pertama adalah akses terbatas warga negara berkembang terhadap teknologi baru. Kedua, lambatnya warga negara berkembang untuk mengadopsi berbagai inovasi. Salah satu cara untuk memecahkan masalah ini adalah menciptakan kebijakan yang bertujuan untuk membawa teknologi baru untuk negara-negara miskin. Teknologi baru dapat membawa negara miskin menuju produktivitas yang lebih tinggi. Sebab, semakin banyak unit teknologi baru yang digunakan negara, makin tinggi pula keuntungan produktivitas yang dibawa oleh teknologi baru tersebut.
Raksasa teknologi seperti Google, telah mendanai dan mengembangkan jaringan internet nirkabel di berbagai negara berkembang sebagai upaya mempercepat transfer teknologi di seluruh dunia.  Namun, upaya tersebut kemungkinan tidak cukup untuk membalikkan 200 tahun sejarah. Kesenjangan juga diciptakan oleh adanya kolonialisasi Eropa selama 500 tahun terakhir. Bangsa Eropa menguras sumber daya alam dari negara-negara non barat yang mereka taklukkan. Catatan New York Review of Books menunjukkan, beberapa negara terjajah adalah negara terkaya dan paling maju beberapa ratus tahun lalu, kini termasuk dalam negara termiskin. Dalam prakteknya, hubungan kerja sama antar negara miskin dan maju diatur oleh rezim.
Pasca kemenangan pada Perang Dunia Kedua, negara-negara pemenang berupaya menyebarluaskan ideologinya, kapitalisme, keseluruh dunia. Hal ini didukung dengan dibentuknya rezim yang mengatur perdagangan dunia yaitu WTO. Hubungan kerja sama antar negara inilah diatur dalam WTO. Tidak dipungkiri lagi sejumlah ketentuan yang terdapat di dalam WTO tersebut tidak memihak kepada negara berkembang. WTO sangat mendukung akan adanya perdagangan bebas yang merupakan keinginan orang-orang yang mempunyai ideologi kapitalis. Dalam persaingan pasar bebas ini sangat dibutuhkan persiapan yang matang bagi negara yang ingin terlibat misalnya menyiapkan modal. Pada negara dunia ketiga modal merupakan kendala utama dalam persiapan di pasar bebas sehingga negara-negara dunia ketiga melakukan peminjaman kepada IMF dan World Bank yang tentu saja hal ini akan mematikan negara peminjam tersebut.
Dalam interaksi internasional yang dilakukan, selain adanya rezim yang mengatur hubungan perdagangan yang menguntungkan negara maju, kesenjangan antar negara dunia ketiga dan pertama juga disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam negara dunia ketiga itu sendiri. Bila dianalisa secara mendalam, maka dapat terlihat jelas bahwa pada umumnya negara dunia ketiga tidak mempunyai stabilitas politik yang kuat dan keadaan ekonominya rendah. Kondisi ini menghasilkan sebuah fenomena yang mengarah kepada Konflik politik, hal ini yang sering terjadi negara di dunia ketiga membuat orang-orang yang mempunyai kekuasaan sibuk mempertahankan kekuasaannya dengan cara apa pun.
Dengan kondisi seperti itu, menyebabkan suatu kondisi yang menyebabkan terjadinya mental-mental korup pada orang-orang dalam pemerintahan di negara dunia ketiga atau negara Selatan. Dengan demikian segala potensi yang dimiliki oleh negara tersebut tidak dioptimalkan dengan maksimal dan kondisi ini sangat rentan dengan intervensi asing yang ingin menguasai sumber daya alam pada negara dunia ketiga tersebut. Dengan kata lain, keadaan internal juga sangat mempengaruhi kemampuan negara Selatan dalam berkompetisi dengan negara Utara yang identic dengan kemajuan disegala bidang.
Selain itu juga, keadaan sistem internasional yang dilaksanakan berdasarkan asas atau berideologikan kapitalisme juga merupakan salah satu factor penyebab kesenjangan antara negara miskin dan kaya. Kesimpulan yang didapatkan ialah, dengan duberlakukannya sistem kapitalisme dalam, semua bentuk kerjasama dan perdagangan hanya akan menguntungkan bagi pemilik modal yaitu negara-negara kaya (Utara) dan kerja sama yang dilakukan akan cenderung bersifat eksploitatif. Eksploratif disini memiliki arti bahwa negara Utara memiliki maksud tujuan terselubung dalam melakukan kerjasama dengan negara Selatan.hal inilah yang menjadikan konflik yang semakin renggang.
Oelh sebab itu, dibutuhkan suatu komitmen dan penerapan kerjasama yang saling menguntungkan. Karena, dengan keadaan sistem internasional yang kapitalis negara kaya akan tambah menjadi kaya dan negara miskin akan tetap miskin. Ketimpangan atau kesenjangan antar negara kawasan utara dan negara kawasan selatan memanglah sebuah fenomena yang diharapkan oleh negara-negara kaya untuk tetap menjaga dominasinya di dunia internasional serta untuk meminimalisirkan ancaman yang ditimbulkan.
            Dalam mengatasi konflik Negara Utara-Selatan ini, solusi yang mungkin dapat diterapka ialah menciptakan suatu kondisi internasional yang lebih seimbang. Dalam hal ini yang dimaksudkan ialah iklim kerjasama yang lebih balance yang terjalin antara negara Utara-Selatan. Kerjasama seharusnya menciptakan suatu kondisi yang saling menguntungkan. Kondisi ini dilatar belakang oleh kondisi dimana konflik Utara-Selatan terjadi karena iklim kerjasama yang selalu timpang dan selalu menguntungkan negara Utara.
           
BAB IV SIMPULAN
            Dari pembahasan makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan konflik Utara-Selatan telah mengalami pelebaran konflik. Hal ini dapat terlihat dominasi dari negara Utara terhadap negara Selatan yang semakin terlihat jelas. Keadaan ini semakin memperparah kondisi negara Selatan semakin “terperosok” dalam kemiskinan yang terstruktur yang diciptakan oleh negara Utara. Kegiatan-kegiatan atau interaksi yang dilakukan antara negara Utara dan Selatan, secara mutlak akan dimenangkan dan didominasi oleh negara Utara.
Hubungan kerja sama antara negara miskin (Selatan) dan negara kaya (Utara) dapat terlihat jelas dari pemaparan diatas secara kongkrit tidak dapat menghasilkan suatu hubungan yang saling menguntungkan atau win-win Solution seperti yang dipromosikan oleh negara Utara. Pada abad ke-21 ini, dapat disimpulkan bahwa hubungan kerja sama bilateral atau pun multirateral yang dilakukan antara negara maju dan negara berkembang merupakan suatu bentuk imprealis baru yang dilakukan negara Utara ke negara Selatan. Bila dibandingkan, dapat dilihat bahwa pada zaman dulu perang diidentikkan dengan kontak fisik, tetapi hal ini tidak dengan kondisi saat ini, karena pada abad ini perang dapat berupa suatu bentuk kerjasama.
 Kerjasama yang dilakukan pada abd ini kebanyakan dibuat oleh negara-negara pemenang perang atau negara dunia pertama (Utara) kebanyakan dilakukan untuk menguasai sumber daya alam di negara miskin guna memulihkan kondisi pasca perang. Bila dilihat dengan sistem dunia internasional yang kapitalis, hanya negara yang memiliki modallah yang akan memenangkan persaingan. Tetapi, permasalahan yang dihadapi oleh negara dunia ketiga (Selatan) dalam menghadapi sistem internasional seperti ini adalah persiapan dengan menguatkan sektor dalam negeri. Melihat kondisi dalam negeri negara Selatan, maka permasalahan di dalam negeri merupakan masalah utama yang dihadapi. Tetapi apabila kondisi dalam negeri sudah kuat maka negara tersebut akan kuat pula dalam panggung dunia internasional dan diharapkan dapat mengambil keuntungan dari sistem internasional yang kapitalis. Apabila melihat kondisi negara dunia pertama selain menyebarkan sistem ekonomi kapitalis, negara Utara atau negara Dunia Pertama juga berusaha menyebarkan sistem pemerintahan demokrasi.
Disampin itu, Kesejahteraan ekonomi telah menciptakan jurang antara negara maju dengan negara dunia ketiga, jurang ini menciptakan kesenjangan sosial yang berujung pada renggangnya hubungan antar Negara. Dengan kata lain, sistem perekonomian dunia yang telah dirancang oleh negara-negara dunia pertama yang berbentuk kapitalis, mustahil bagi negara dunia ketiga dapat keluar dari kemiskinan dengan melakukan kerja sama dengan negara dunia pertama. Padahal seharusnya dengan kerja sama ini diharapkan dapat menghasilkan hubungan yang saling menguntungkan.
















Daftar Pustaka
A.A. Banyu Perwita & Yayan M. Yani,2005, Pengantar Ilmu Hubungan    Internasional, Bandung, Rosda.
Clark, P Robert. 1989. Menguak Kekuasaan dan Politik Di Dunia Ke Tiga. Jakarta: Erlangga
Hocking, Brian & Smith, Michael (1990) World Politics, An Introduction to International Relations, Harvester/Wheatsheaf.
Goldstein, Joshua S. (2005) International Relations, Pearson/Longman
Goldthorpe, J.E. 1992. SOSIOLOGI DUNIA KETIGA Kesenjangan danPembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Mas’oed,  Mochtar.  1994.  Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan       Metodologi. Jakarta:    LP3ES.
Ndraha, Taliziduhu. PEMBANGUNAN MASYARAKAT Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Rineka Cipta
Peng, Marthin Khor Kok. 2003. Hubungan Utara Selatan: Konflik atau Kerja Sama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama





[1] Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional” dan “Paul R. Viotti & Mark V. Kauppi, International Relation Theory”, h.41
[2] Mas’oed,  Mochtar.  1994.  Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan              Metodologi. Jakarta:           LP3ES.
[3] Goldstein, Joshua S. (2005) International Relations, Pearson/Longman
[4] Hocking, Brian & Smith, Michael (1990) World Politics, An Introduction to International Relations, Harvester/Wheatsheaf. Hal. 11.
[6] A.A. Banyu Perwita & Yayan M. Yani,2005, Pengantar Ilmu Hubungan               Internasional,Bandung, Rosda.
[7] Peng, Marthin Khor Kok. 2003. Hubungan Utara Selatan: Konflik atau Kerja Sama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama